Selasa, 15 Januari 2013
BERITA SATU. Aktivitas pertambangan dan penebangan pohon di hutan rakyat di wilayah hulu Sungai Ciujung menyebabkan lahan jadi kritis.
Meluapnya Sungai Ciujung yang menyebabkan banjir di jalan tol Tangerang-Merak, tepatnya di Km 57-59, disebabkan faktor semakin berkurangnya daya absorsi atau daya serap air hujan di wilayah hulu sungai tersebut. Minimnya daya serap air hujan ini diakibatkan oleh aktivitas illegal logging (penebangan pohon secara liar) dan pertambangan.
Aktivitas pertambangan dan penebangan pohon di hutan rakyat di wilayah hulu Sungai Ciujung menyebabkan lahan jadi kritis. Seluas 63.692,83 hektare lahan kritis di hulu, dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung, menjadi penyebab terjadinya banjir di aliran Sungai Ciujung.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) Provinsi Banten, M Yanuar mengatakan, luas lahan kritis tersebut, terbagi dalam tiga kategori, yaitu lahan yang sangat kritis seluas 222,43 ha, lahan kritis 19.415,77 ha dan lahan agak kritis seluas 44.054,63 ha.
“Berdasarkan analisis kehutanan yang kami lakukan, banjir yang memutuskan jalan tol Tangerang – Merak, salah satunya disebabkan hutan yang kritis, akibat penambangan dan penebangan pohon,” ujar M Yanuar di Serang, Senin (14/1).
Yanuar juga mengungkapkan, banjir yang memutuskan jalan tol itu juga, akibat bentang alam sepanjang DAS Ciujung yang landai. Sehingga, saat musim hujan, air di Sungai Ciujung yang memiliki panjang 90 kilometer sulit mengalir. “Dari permukaan air laut, aliran Sungai Ciujung hanya 25 meter, sehingga pergerakan air di Sungai Ciujung lambat,” jelasnya.
Menurut Yanuar, jenis tanah di DAS Ciujung, yaitu podsolik atau bersifat gembur dan memiliki kecenderungan tidak kuat dan mudah terkikis, sehingga terjadi pendangkalan. “Tanahnya mudah erosi. Dari erosi itu masuk ke sungai sehingga terjadi pendangkalan sungai,” katanya.
DAS Ciujung dibagi tiga wilayah, yaitu hulu, tengah, hilir. Untuk daerah hulu, dibagi dalam tiga sub, yakni DAS Ciberang, Cisimeut, dan Ciujung Hulu, yang terdapat di Gunung Halimun. Sedangkan untuk wilayah tengah, DAS Ciujung dimulai dari Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, dan sebagaian wilayah Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, hingga jalan tol Tangerang – Merak.
“Untuk wilayah hilir dimulai dari jalan tol Tangerang – Merak hingga muara Sungai Ciujung yang ada di Pantai Utara Kabupaten Serang,” ujarnya.
Untuk solusi pencegahan banjir di Sungai Ciujung, dari analisis kehutan perlu dilakukan perbaikan lahan kritis di daerah hulu sungai, pengerukan pendangkalan sungai, dan pembuatan Waduk Karian, di Kabupaten Lebak.
“Penyempurnaan Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2012, tentang Penantausahaan Hasil Hutan Kayu, yang berasal dari hasil hutan rakyat, yang di dalamnya terdapat klausul yang membolehkan hutan rakyat ditebang tanpa izin. Hal ini juga menjadi celah bagi masyarakat untuk menebang pohon secara tidak bertanggungjawab,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, juga meminta kepada pemerintah pusat untuk segera membangun Waduk Karian di Kabupaten Lebak. Atut mengatakan, pembangunan Waduk Karian di hulu Sungai Ciujung, merupakan solusi untuk mengatasi banjir yang sering menggenangi jalan tol Tangerang-Merak, yang saat ini menjadi perlintasan Jawa-Sumatera.
Menurutnya, percepatan pembangunan Waduk Karian di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, akan sangat efektif, karena waduk tersebut nantinya bisa mengurangi debit air di Sungai Ciujung.
“Debit air sungai yang menyebabkan banjir hingga jalan tol ini, 2.600 meter kubik per detik. Dengan adanya Waduk Karian bisa mengurangi air saat musim hujan hingga 1.100 meter kubik per detik,” kata Atut.
Atut juga mengatakan, akan meminta kepada pemerintah pusat untuk melakukan pengerukan Sungai Ciujung sepanjang 90 kilomter, agar luapan air sungai tidak semakin tinggi dan membanjiri rumah-rumah warga.